How to Survive in "Zaman Fittan"

Maret 15, 2018


Tidak ada orang yang hijrah, grafiknya naik terus itu, tidak ada.
Dan yang namanya hijrah, selalu penuh pengorbanan.

Di satu sisi, kita berusaha untuk selalu meningkatkan kualitas diri kita, berusaha untuk istiqomah..
Namun di sisi lain, kita terkadang terbuai oleh hal-hal unfaedah sehingga membuat diri ini kerap sekali sulit untuk istiqomah, malah terkadang membuat iman semakin futur.

Maka, bagaimana solusinya?
Diantara solusi terpenting, tidak ada lagi kecuali, belajar belajar dan terus belajar.

Coba kita perhatikan kisah Nabi Musa.
Kita tahu, bahwa Nabi Musa saja tidak bisa survive mendampingi Nabi Khidr.
Apa penyebabnya? Allah berfirman dalam surat al kahfi ayat 68 :

“Dan bagaimana engkau akan dapat bersabar atas sesuatu, sedang engkau belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?”

sedangkan yang kau hadapi tidak tau ilmunya.

Memang benar, Nabi Musa adalah Kalimullaah, Manusia yang diajak berbicara langsung oleh Allaah ta'ala, beliau salah satu dari lima rasul terbaik. Ulul azmi. Akan tetapi, apa yang dialami Nabi Khidr itu 180◦ berbeda dengan syariatnya dan ilmunya.
Dalam syariat beliau, kita tidak boleh merusak barang orang, tiba-tiba ia lihat dihadapannya Nabi Khidr melubangi bahtera lalu tenggelamlah kapal itu,
Kemudian di dalam syariatnya, tidak boleh membunuh orang,
Namun lagi, tiba-tiba ia lihat Nabi Khidr membunuh seorang anak.

Sebab apa?
Ya, seperti yang sudah disebutkan tadi. Sebab syariat Nabi Khidr berbeda dengan Nabi Musa.

Lalu, apa benang merahnya?
Keutamaan redaksi dari ayat itu adalah..
Allah menjelaskan kepada kita bahwa kita tidak akan bisa bertahan kalau kita tidak mengetahui ilmunya.
Kita tidak akan bisa bertahan hijrah,
Kita tidak akan bisa bertahan di atas sunnah nabi,
Kita tidak akan bisa bertahan di atas tauhid,
Kita tidak akan bisa bertahan dalam istiqomah.. kalau kita tidak mengetahui ilmunya.

Dan sederhana saja berpikirnya.
Kenapa orang sakit bisa bertahan, sabar, padahal mungkin, ia mengalami penyakit mematikan semisal, kanker stadium 4, gagal ginjal.
Kenapa?
Sebab ia tahu ilmunya.
Ia tahu, dan ia meyakini apabila seorang mukmin menderita penyakit maka sakit tersebut dapat menghancurkan dan menghilangkan dosa dosanya. Sebagaimana api menghancurkan karat dari besi.
Yang membuat ia bertahan adalah karena ilmu.
Ilmu tentang hakikat musibah yang dihadapi.

Kenapa orang sabar ketika dibully?
Kenapa para ulama salaf senang ketika dibully?
Jika sebagian orang pada saat ini bunuh diri, Ya, ketika dibully lalu bunuh diri..
Para ulama dahulu gembira sekali, dalam riwayat mereka mengatakan marhabban.
"Selamat datang orang yang membully saya.."
Sebagian lagi, ketika dibully ia malah memberi sepiring kurma.

Mengapa demikian?
Sebab mereka tahu Hadis Muflis, hadis tentang orang yang bangkut di hari kiamat.
Bahwa orang yang mendzholimi saudaranya..
Orang yang menghancurkan martabat saudaranya..
Sama saja mereka tlah mentransfer pahala kepada orang yang mereka dzholimi.
Dan kalau stok pahalanya sudah habis?
Mereka akan mendapatkan dosa-dosa dari orang yang mereka dzholimi.

Itu yang membuat para ulama salaf bertahan.
Itu yang membuat orang sakit bertahan,
Itu yang (akan) membuat kita bertahan dalam menghadapi segala macam fitnah dunia; ilmu.

Tidak mungkin kita dapat bertahan dengan kondisi penuh fitnah di dunia seperti ini; fitnah harta, wanita, kesyirikan. kalau kita tidak tahu ilmunya.
Maka, untuk menjaga rasa futur, dan bertahan dalam keistiqomahan adalah.. ilmu, ilmu, dan ilmu.

Jangan berharap bisa survive,
kalo kita hanya bisa eksis di sosmed,
kalo kita hanya bisa eksis berbicara,
Namun kita tidak duduk di majelis ilmu, kita tidak membaca buku buku para ulama,
kita tidak mengkhatamkan tafsir dalam surat surat pendek juz 30,
kita tidak mengkhatamkan Hadis Arbain Nawawiyah, dlsb.

Itulah kunci keistiqomahan,
kunci dari hijrah;
Ilmu.


Sumber: Kajian Muara Hijrahku oleh Ustadz Syafiq Riza Basalamah hafidzhahullaah dan Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri hafidzhahullaah.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.