Kau Layak Bahagia!

Maret 25, 2018




[[Time fliest.
And i still remember how worsted that's day.]]

Sebagian dari memori akan turut pergi bersama waktu, namun tidak dengan sebagian yang lain.
Mereka menetap dalam otak, berhari-berhari, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Atau mungkin selama-lamanya.

Dan saat gemuruh dari sebagian memori itu memuncak kembali dalam ingatan inti, yang terrasa adalah..
Degup jantung yang semakin meningkat, dada terisak semakin kuat dan kuat, hingga akhirnya membuncah.. Tak tertahankan. Satu demi satu butiran air bertebaran keluar dari mata. Membasahi pipi.

Pernahkah kau merasakannya?
Menangis sejadi-jadinya. Mengingat hal yang tak ingin kau ingat, namun apa daya? Tak ada yang dapat menghentikan kehadirannya.

Maka,
Ingatlah firman Allaah Ta'ala ini:

“Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” (QS. At-Taubah: 40)

Ketika hal yang menjadikanmu sedih, menghampirimu.. pergilah. Temui Allaah. Adukan semua kesedihanmu hanya pada-Nya. Because He always with us, and will never leave us alone.

Memang, kesedihan bukanlah perbuatan yang tercela. Bila dilakukan dengan sewajarnya.

Yang tercela adalah saat seorang larut dalam sedihnya. Hingga membuat hatinya lemah, tekadnya meredup, rasa optimisnya menghilang, kesedihan yang menghancurkan harapan. Sampai membuatnya tidak mau bergerak, tidak ada ikhtiyar untuk mengubah keadaannya untuk menjadi insan yang bahagia.

Yang tercela kesedihan yang membuatnya lemah untuk meraih ridha Allah, bahkan membawanya pada keputusasaan dan membenci takdir Allah. Karena seringkali setan memanfaatkan kesedihan untuk menjerumuskan manusia. Betapa banyak orang-orang yang tergelincir dari jalan Allah karena larut dalam kesedihan.

Oleh karenanya, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam senantiasa berlindung dari rasa sedih. Di antara doa yang sering dipanjatkan Nabi adalah,

‎اللهم إني أعوذ بك من الهم والحزن ..

Allahumma innii a’uudzubika minal hammi wal hazani.

“Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari gundah gulana dan rasa sedih…” (HR. Bukhari dan Muslim).


Karenanya..
Ketika gemuruh dari sebagian memori itu memuncak kembali dalam ingatan inti, pergilah. Ambil air wudhu, laksanakan sholat, adukan pada Sang Mahakuasa. Kesedihanmu tak pantas menyelimuti dirimu.

Kau layak bahagia!
.
.
Wallaahu 'alam.
===
Ditulis saat sedang mengingat kejadian-kejadian yang tak ingin diingat. Namun apa daya? Mereka hadir tanpa pernah ku undang.

Ahad, 8 Rajab 1439H.
Bandung, 22:22.
@adindaputrilstr

[[Tulisan bercetak tebal, via: https://muslim.or.id/26272-janganlah-bersedih.html]]

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.